Sistem Informasi: Pengertian, Aktivitas, dan Syarat Kemampuannya

Akhir-akhir ini, bisnis apapun dapat berhasil salah satunya jika terdapat manajemen yang konsisten melalui sistem informasi yang efisien. Bahkan, dilansir dari comodo.com, sebagian besar perusahaan telah membuktikan dampak adanya sistem tersebut dalam proses alur kerja mereka, utamanya yakni akurasi dan keandalan. Sehingga, tidak ada pilihan lain bagi mereka untuk tidak ‘join the circle’. Bahkan, beberapa kampus pun telah membuka program studi Sistem Informasi sebagai jawaban dari dinamika dan tantangan yang terjadi di masyarakat.

Sebuah sistem yang efektif dituntut dapat menghasilkan perencanaan yang lebih baik, pengambilan keputusan yang matang, yang berdampak pada maksimalnya hasil yang diinginkan. Nah, sebenarnya apa sih sistem informasi dan mengapa ia sangat berpengaruh dalam kesuksesan pengelolaan sebuah perusahaan atau lembaga? Mari kita bahas.

Pengertian

Jika dirujuk dari asal kata, frasa sistem informasi berasal dari gabungan dua kata yakni sistem dan informasi. Sistem berasal dari bahasa Latin systēma yang dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan informasi menurut Anggraeni dan Irviani (2017) merupakan sekumpulan data atau fakta yang diorganisasi atau diolah dengan cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi penerima. Sejalan dengan kedua interpretasi di atas, Hall (2001) menjelaskan bahwa pengertian sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal di mana data dikelompokkan, diproses, dan didistribusikan kepada pemakai.

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur (baik berbasis manual ataupun komputer) yang digunakan untuk menjalankan sebuah proses tertentu hingga menyediakan informasi bagi pemakai. Dari kesimpulan tersebut, sistem informasi dapat dibagi menjadi dua yakni berbasis manual dan berbasis komputer atau biasa disebut computer-based information system (CBIS).

Aktivitas Dasar

Dijelaskan oleh Laudon dan Laudon (2010), aktivitas dasar sistem informasi adalah sebagai berikut:

  1. Masukan (input), melibatkan pengumpulan data mentah dari dalam organisasi atau dari lingkungan eksternal untuk diolah.
  2. Proses (process), melibatkan proses mengonversi input mentah ke bentuk yang lebih bermakna.
  3. Keluaran (output), memindahkan informasi hasil proses kepada pengguna atau kepada aktivitas yang akan menggunakan informasi tersebut.
  4. Umpan balik (feedback), output yang dikembalikan ke anggota organisasi yang sesuai untuk kemudian membantu mengevaluasi atau mengoreksi tahap input.

Syarat Kemampuan Sistem Informasi

Menurut Said (2015), sebuah CBIS harus memiliki syarat-syarat kemampuan sebagai berikut.

  1. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dan dengan kecepatan tinggi.
  2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antarorganisasi yang murah, akurat, dan cepat.
  3. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang yang kecil tetapi mudah diakses.
  4. Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat banyak di seluruh dunia dengan cepat dan murah.
  5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja dalam kelompok, baik dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi.
  6. Menyajikan informasi dengan jelas yang menggugah pikiran manusia.
  7. Mengotomasikan proses-proses bisnis yang semiotomatis dan tugas-tugas yang dikerjakan secara manual.
  8. Mempercepat pengetikan dan editing.
  9. Pembiayaan yang jauh lebih murah daripada pengerjaan secara manual.

Selain itu, sistem tersebut juga dituntut untuk memberikan nilai tambah terhadap proses, produksi, kualitas, manajemen, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah serta keunggulan kompetitif yang tentu saja sangat berguna bagi kegiatan bisnis.

Demikian pembahasan saya mengenai sebuah tema dasar yang harus dimengerti, khususnya oleh mahasiswa rumpun Informatika ini. Semoga bermanfaat!

Lirik Lagu Sisca JKT48 – Berdebar

Fransisca Saraswati Puspa Dewi atau yang biasa dikenal dengan Sisca JKT48 baru saja merilis single teranyarnya yang berjudul “Berdebar”. Sebelumnya, JKT48 Operation Team (JOT) mengumumkan melalui situs resminya bahwa sang member akan merilis single perdananya pada Jumat (30/7/2021).

Sejak Sisca masih kecil, diceritakan bahwa ia bercita-cita untuk menjadi penyanyi sekaligus mengarang lagunya sendiri. Kini, mimpi itu akan terwujud. Sisca akan merilis single pertama yang merupakan buatannya sendiri.

“Lagu ini terinspirasi dari pengalaman pribadi dan mungkin banyak orang yang mengalami hal yang sama seperti Sisca. Lagu ini dipersembahkan untuk memberikan keceriaan dan harapan bagi yang mendengarnya!” tulis JOT dilansir keterangan di situs resminya.

Lirik Lagu Sisca JKT48 – Berdebar

Nah, berikut adalah lirik dari lagu Berdebar – Sisca JKT48.

Jantung berdebar kencang saat pertama kali ku lihatmu
Tak sengaja diriku menonton dirimu

Rambut hitammu yang lebat
Mata tajam dan senyum manismu
Kurasa ku sudah terpikat pesonamu

Reff:
Salahkah ku menyukaimu walau belum bertemu dirimu
Tapi aku sudah tak bisa
Hilangkan rasa ini dari hatiku

Bisakah ku suatu saat menggapaimu
Oh idolaku
Walau semua ini terasa semu
Karena ku jatuh padamu
Yang tak tahu aku ada

Semua temanku bilang
Suatu saat nanti rasaku pasti kan menghilang
Tapi ternyata aku makin cinta kepadamu

Salahkah ku menyukaimu walau belum bertemu dirimu
Tapi aku sudah tak bisa
Hilangkan rasa ini dari hatiku

Bisakah ku suatu saat menggapaimu
Oh idolaku
Walau semua ini terasa semu
Karena ku jatuh padamu
Yang tak tahu aku ada

Sudah ku tahu
Kita tak mungkin bisa saling kenal dan jadi teman
Meski kau jauh dan tak tergapai, tapi ku selalu berharap
Semesta pertemukan kita

Salahkah ku menyukaimu walau belum bertemu dirimu
Tapi aku sudah tak bisa
Hilangkan rasa ini dari hatiku

Bisakah ku suatu saat menggapaimu
Oh idolaku
Walau semua ini terasa semu
Karena ku jatuh padamu
Yang tak tahu aku ada

Gimana lirik lagu Sisca JKT48 – Berdebar, gaes? Keren banget dan mudah dihafal, ya? Penulis yakin kalau lagu ini bakal ramai pada beberapa hari ke depan, terutama di TikTok ?

Jangan lupa terus stream lagu Sisca JKT48 – Berdebar di platform musik legal kesayangan kamu, ya!

7 Tantangan Wirausahawan yang Harus Diketahui!

Dalam memulai karier menjadi seorang wirausahawan, tentunya akan menemui banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Terlebih untuk orang-orang non-previleged seperti saya dan tumbuh di lingkungan yang hampir 95% keluarga pegawai negeri, kita harus memberi pemahaman tertentu agar mereka setuju dengan apa yang kita pilih untuk lakukan.

Disclaimer: untuk fresh graduates, menjadi seorang wirausahawan BUKANLAH pelarian dari tidak mau jadi pegawai kantoran. Pastikan dari hati Anda memang teguh untuk menjadi wirausahawan dan Anda memiliki cukup niat dan resources untuk memulainya.

Tapi sadarkah Anda, bahwa langkah “menjelaskan ke keluarga” seperti yang saya alami di paragraf pertama hanyalah step “pra-aksi” atau sebelum melakukan. Ketika Anda sudah benar-benar menjalankan sebuah usaha, maka setidaknya akan menghadapi 7 tantangan berikut, sebagaimana saya sarikan dari Forbes, Business Insider, dan pengalaman sendiri.

Mengambil lompatan pertama

Merencanakan usaha yang diambil adalah salah satu hal yang harus juga Anda lakukan di awal-awal, bahkan sebelum Anda mendirikannya. Tidak terpaku pada dokumen-dokumen seperti Business Model Canvas atau analisis SWOT, tapi juga kesiapan fisik dan mental perlu juga dipersiapkan.

Mencari dana untuk startup yang Anda bangun juga perlu. Apakah dari dana sendiri; dari pinjaman lunak pemerintah seperti KUR; atau dari hasil menjual aset yang Anda punyai? Semuanya menjadi pertimbangan penting. Namun jangan sampai Anda terjebak pada kebanyakan merencanakan tapi usahanya nggak jalan-jalan. Sambil jalan, sambil mulai apa yang bisa. Buat skala prioritas dan dahulukan dari yang mudah, misal menyiapkan akun Instagram bisnis atau menata ruang kantor agar ergonomis dan bisa jadi lebih produktif.

Butuh kesabaran untuk melihat hasil

Jadi wirausahawan tidak seperti pekerja kantoran atau PNS yang dalam bulan pertama langsung dapat gaji sesuai nominal yang disepakati di awal. Perlu kesabaran ekstra untuk menunggu hasil sambil menata usaha yang baru saja diperkenalkan. Membangun portofolio, meningkatkan ulasan diri di LinkedIn, atau mengoptimalkan Fiverr bisa Anda lakukan sembari menunggu klien pertama datang. Tidak ada waktu berpangku tangan bagi seorang wirausahawan.

Pengalaman saya pribadi dalam membangun birudeun Creative Agency, baru sekitar satu tahun setelah berdiri efektif, startup kami menemukan klien. Jika startup Anda dibangun dengan tim, saling menguatkan dan tidak berhenti berkarya adalah salah satu kunci agar startup Anda dilirik klien. Apalagi jadi single fighter seperti saya di awal-awal, karena background saya pendidikan teknik (praktikal), saya harus belajar tentang mengelola kantor seperti manajemen arus kas, manajemen SDM, public relations, dan lain-lain. Saya selalu sempatkan waktu untuk belajar di LinkedIn Learning, Hubspot, Udemy, dan lain-lain di malam hari bahkan hingga dini hari.

Manajemen waktu dan diri

Seorang wirausaha memiliki waktunya sendiri, tapi bukan berarti abai dalam memanfaatkan waktu. Waktu yang digunakan untuk hiburan harus rela untuk sedikit dikorbankan menjadi waktu dalam mengembangkan bisnis. Tak lupa, mengembangkan personal branding seperti di LinkedIn atau platform portofolio online sangat penting sebagai bukti bahwa kita memang kompeten di bidang yang kita geluti.

Sedikit tips dari saya ialah buat jadwal harian dan mingguan/bulanan. Apa saja yang ingin dicapai dalam hari ini, list dalam notes Anda kemudian lakukan satu persatu. Dalam jadwal mingguan/bulanan, pastikan yang ditulis adalah hal-hal yang makro seperti progress dalam metode pengembangan software misalnya (tidak bisa sehari, kan?). Pecah jadwal yang makro tersebut dalam pekerjaan-pekerjaan kecil harian.

Mendelegasikan pekerjaan

Ini berlaku untuk Anda yang menjalankan usaha sebagai tim. Sebagai pemimpin atau yang dipimpin, dua-duanya sama-sama harus memiliki kemampuan mendelegasikan pekerjaan. Dalam startup yang masih kecil dan bertumbuh, biasanya pembagian tugas tampak tidak clear. Nah, manfaatkan hal tersebut dengan saling mem-backup pekerjaan teman, meskipun harus tetap jelas pembagiannya di awal. Hal ini bertujuan agar apa yang hendak dicapai dalam sebuah progress bisa segera tercapai. Karena, orang bijak berkata pekerjaan yang baik bukanlah pekerjaan yang sempurna, tapi pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang selesai. Setuju?

Menyeimbangkan antara kesempurnaan dan progres

Meskipun demikian kata orang bijak tadi, tapi kita harus selalu berupaya untuk mengarah ke kesempurnaan. Progres yang sudah dijalani dengan sekian lama harus benar-benar jadi “progres sejati” sesuai dengan harfiahnya progres yakni kemajuan. Perusahan yang dibangun harus memiliki kemajuan dari waktu ke waktu, menghindari zona nyaman dan stagnan. Nah, di titik ini biasanya banyak wirausahawan-wirausahawan pemula yang tidak melanjutkan langkahnya, karena tidak menemukan kemajuan. Padahal, menurut saya, kemajuan bukan ditemukan, tapi diupayakan. Ya seperti tadi, memperbanyak portofolio, memperbaiki LinkedIn atau media sosial lainnya, dan sebagainya.

Menjaga ego di bawah kontrol

Ego Anda dapat membikin Anda jadi membuat banyak kesalahan, keputusan buruk, dan yang parahnya lagi kadang membiarkan sisi “kebinatangan” dalam diri Anda mengamuk. Tak hanya dengan tim, hubungan Anda dengan klien, jika Anda tidak menjaganya dengan penuh perhatian akan berakhir tidak bagus bahkan sampai putus kerja sama. Oleh karena itu, menjaga ego di bawah kendali penuh sangat perlu.

Kadang, saya pun emosi dan marah ketika ada tujuan yang tidak tercapai atau ada anggota tim yang tidak sesuai ekspektasi. Tapi, setelah itu jangan lupa untuk introspeksi dengan hati jernih bahwa apakah kesalahannya tadi murni kesalahan dia, atau ada campur tangan saya yang membuat kerjanya tidak optimal?

Merelakan diri untuk siap melihat runtuhnya perusahaan

Terakhir, dalam kondisi yang sangat tidak diharapkan oleh semua pihak, kita sebagai wirausahawan harus memiliki kelapangan hati untuk melihat apa yang kita bangun menjadi hancur atau perlahan menurun. Sejujurnya, saya pun tidak siap untuk ini jika kelak terjadi (jangan sampai, naudzubillah).

Memang, yang marak di media ialah orang-orang berbicara tentang mengumpulkan uang dalam jumlah besar, ataupun dan menjual perusahaan seharga miliaran dolar. Nah, yang sedikit dibicarakan adalah tantangan dan rasa sakit melihat perusahaan yang dulu dicintai kini berkinerja buruk atau jadi bangkrut. Namun, jika kita memiliki jiwa yang berbesar hati dan pantang menyerah, insya Allah kita bisa segera keluar dari situasi yang sulit dan memulai hal yang baru lagi, menatap ke depan dengan belajar dari kesalahan yang telah lalu.

Tentang “Kerja Kreatif” dan Cara Mewujudkannya pada Tim Anda

Kerja kreatif adalah pekerjaan yang never ending. Dimulai dari ide kreatif yang didasari dengan pemahaman semiotik dan dituangkan dalam bentuk teknis seperti grafis sekaligus copy-nya; hingga distribusi dan konversinya. Meski sudah dirumuskan, langkah-langkah tadi tidak ada yang pasti, kecuali satu yang pasti, yakni kerja tim.

Kerja tim umumnya mutlak diperlukan di pekerjaan-pekerjaan yang bersifat kreatif-analitis. Seorang pemimpin bukan hanya berkewajiban mengomunikasikan soal seni dan keindahan wujud karyanya belaka, tetapi bagaimana pesan yang dirancang bisa masuk ke dalam top of mind audience.

Satu yang membunuh kerja-kerja kreatif ini adalah egoisme. Ketika seorang pemimpin memaksakan kehendak tanpa didasari fakta dan pemikiran yang matang, maka wujud kerja kreatif itu tidak akan sempurna. Setidaknya, pesannya tidak akan tersampaikan. Apalagi jika diperparah dengan bawahan yang tidak punya landasan teknis soal “menjadi kreatif”.

Apakah kerja kreatif terbatas hanya pada sektor “kreatif”? Tentu tidak. Semua sektor, setidaknya di bagian PR/Humas/Marcomm merupakan bentuk kerja kreatif yang seringkali dipandang sebagai pekerjaan rutinitas-prosedural.

Mewujudkan Kerja Kreatif

Lantas bagaimana mewujudkan nuansa kreatif di lembaga “non kreatif”? Boleh dengan pendekatan top-down atau bottom-up, namun berdasarkan pengalaman saya, yang terefektif adalah top-down. Kuncinya di pemimpin. Membiasakan diri bersikap kritis, suka belajar, dan selalu mengesampingkan ego adalah step pertama yang harus dilakukan seorang pemimpin untuk menjadikan tim pimpinannya berekosistem kreatif-analitis.

Langkah kedua, ialah menata mindset, bahwa apa yang saya kerjakan ini tidak untuk bagian saya, tapi untuk nama baik dan nama besar keseluruhan institusi saya. Seperti dulu saat saya mengelola medsos kampus almamater tercinta, yang saya tanamkan ke tim ialah medsos ini bukan hanya punya humas, tapi punya seluruh civitas. Sehingga semua berhak mengisi dan belajar bersama.

Terakhir, manajemen isu. Untuk memanajemen isu, seorang pemimpin harus memahami komunikasi krisis, strategi dan rencana komunikasi, branding dan reputasi, media, digital kreatif, opini publik, hingga community relations. Apa yang sekarang lagi happening? Apa yang diinginkan warga institusi? Mendinamiskan diri = gerbang kesuksesan tim Anda.

Selamat mencoba! ?

Milenial vs Gen-Z vs Gen Alpha: Siapa Sejatinya?

Saya cukup tergelitik saat membaca artikel Vice Indonesia beberapa hari lalu yang bertajuk Om-Tante, Tolong Berhenti Menjuluki Semua Anak Muda Sebagai ‘Milenial’. Beberapa waktu lalu juga heboh soal pernyataan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri soal kaum ‘milenial’. Ia mengatakan bahwa pemerintah tak seharusnya memanjakan kaum ini karena dinilai minim kontribusi kepada bangsa akibat kebanyakan demo.

Istilah milenial yang awalnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan saintifik ini kemudian mengalami “perluasan makna yang kebablasan” ke semua anak muda yang generasinya di bawah orang-orang tua, atau om-tante kita. Kesalahkaprahan ini sangat tampak jelas di medium-medium publik, seperti penamaan program-program pemerintah dengan embel-embel milenial untuk mewadahi anak-anak sekolah, misal Tani Milenial atau seperti dalam link ini: generasi milenial yang tergabung dalam ikatan pelajar dan mahasiswa, menyatakan siap mendukung program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemkot.

Apalagi, istilah ini tak jarang digunakan dengan marah-marah dan sering kali untuk melabeli stereotipe anak muda: pemalas, susah diatur, tidak punya komitmen, dan lain sebagainya.

Sebenarnya siapa sih milenial itu? Benarkah semua anak muda, pelajar, mahasiswa, bahkan anak-anak atau kids zaman now adalah milenial?

Siapakah Milenial itu?

Menilik The Pew Research Center, kaum milenial didefinisikan sebagai orang yang lahir dari tahun 1981 hingga 1996. Milenial yang juga dikenal sebagai generasi Y, memiliki karakteristik yang beragam berdasarkan kondisi wilayah maupun sosial-ekonomi. Generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Pada sebagian besar wilayah di dunia, pengaruh pembangunan dari generasi milenial ditandai dengan peningkatan liberalisasi politik dan ekonomi; meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan.

Merujuk definisi di atas, tentunya sudah jelas, kids zaman now yang lahirnya di atas tahun 1996 (termasuk saya), apalagi yang sejak balita sudah dicekoki smartphone oleh orang tuanya, bukan milenial dong.

Lantas masuk ke mana anak-anak yang sekarang rata-rata sedang merintis karier awal, masih kuliah, SMA, ataupun masih SMP ini?

Dilansir dari Tarrant Institute for Innovative Education at the University of Vermont, anak-anak sekolah ini tergolong dalam Generasi Z. Generasi Z yang lahir setelah milenial ini ialah orang-orang yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1998 sampai 2010.

Karakteristik Generasi Z

Dikutip dari businessinsider.com, generasi Z memiliki sifat independen, bebas, keras kepala, pragmatis, dan terburu-buru. Generasi ini sangat akrab dengan dunia digital dan internet, bahkan mungkin tidak bisa hidup tanpa keduanya.

Yang khas lagi dari generasi ini adalah self educator. Mereka bisa belajar secara otodidak tentang segala sesuatu dari internet, ditambah pula di Youtube banyak sekali video tutorial yang bisa dijadikan acuan. Sebagai seorang guru Desain Grafis, saya menemukan banyak sekali siswa saya yang jauh lebih jago menggunakan software pengolah gambar daripada saya. Ditelusuri lebih lanjut, ternyata memang mereka belajar dari YouTube dan di media sosialnya (misal: Instagram, symbolic.id, Twitter dan lainnya) mengikuti berbagai desainer grafis kenamaan yang sering memberi tutorial dan tips desain.

Generasi Alpha: Generasi Setelah Gen-Z

Nah, kalau generasi setelah gen-Z, disebutnya generasi alpha. Generasi yang lahir pada rentang 2011 hingga 2025. Menurut McCrindle Research, mereka digadang-gadang akan menjadi generasi terkaya, paling berpendidikan, dan paling melek teknologi dalam sejarah.

Salah satu yang menjadi ciri khas generasi alpha ini ialah mereka sudah meninggalkan jejak digital bahkan sebelum mereka sadar digital. Rafathar dan Gempita adalah contohnya, diperkuat dengan para orang tua sekarang yang gemar memosting foto anak balitanya ke media sosial.

Jadi, sudah tahu penggunaan kata milenial tepatnya untuk siapa? Jangan lupa artikel di-share ke grup WhatsApp om-tante, ya.

Salam hangat dan selamat menyambut tahun baru,
Arvendo Mahardika, PMEC