Motivasi di awal semester ini beda sekali dari sebelum-sebelumnya. Seperti yang telah diprediksi, di semester gasal kemarin, aku berhasil jadi JURU KUNCI klasemen Indeks Prestasi semester di Liga PTIA 2018. Silakan nilai sesuka mulut kalian. Tapi, kali ini aku tidak terlalu sedih karena ada yang beda.
Hari ini, prosesi semesteran yang sakral bagi kami @2016.ptia digelar. Kami menghadap Dosen Penasihat Akademik, Drs. Wahyu Sakti Gunawan Irianto, M.Kom. untuk konsultasi akademik dan memperoleh persetujuan rencana studi. Tak disangka, tepat di hari ini pula, beliau berulang tahun! Di satu sisi, aku ndredeg karena “prestasi”-ku tadi. Tapi di sisi lain, aku ingin melihat senyum Ayah –begitu kami merujuknya– di hari bahagianya ini. Kami sekelas berdiskusi sejenak, kira-kira apa yang akan dilakukan untuk memperingati sekaligus membuatnya berkesan. Akhirnya, kami sepakat ketika akan meminta tanda tangan KRS –persetujuan dan konsultasi dulu, baru KRS bisa dicetak dan beliau menandatangani– kami akan menghadiahi sebuah kue ulang tahun sederhana untuk Ayah.
Singkat cerita, Ayah nampak bahagia sekali –hingga sedikit berkaca-kaca– kala kami sekelas tiba-tiba menggeruduk ruang dosen G4 dan bersama-sama menyanyikan lagu “Happy Birthday” bakda zuhur. Ketika tiba saat potong kue, Ayah menyerahkan potongan kue pertama pada Deina, seorang teman yang mencapai IP tertinggi di semester ini –IP-nya 3,90. Luar biasa
Akhirnya, tiba saat sang juru kunci menerima potongan kedua. “Ini, biar kamu lebih semangat. Temanmu bisa baik kenapa kamu tidak. Semester depan pokoknya harus meningkat lho, ya!” tukasnya. “Kebanyakan kegiatan itu pak, keseringan bikin berita,” sambung seorang dosen yang cukup dekat denganku. Lantas, kami tertawa bersama. Entah mengapa suasana yang harusnya aku malu, tapi terasa hangat. Kurasa ucapan beliau menggambarkan betapa sangat emannya beliau dengan pencapaianku yang tidak maksimal, alih-alih membenciku.
Selamat ulang tahun, ayahku, guruku. Maafkan aku yang selalu salah tangkap dan berprasangka buruk terhadap petuah-petuahmu. Padahal, engkau hanya tidak ingin anakmu ini jatuh terlalu dalam. Semoga panjang umur, makin bijaksana, serta sehat selalu, karena aku masih dan akan selalu membutuhkan nasihat dan teladan dari Ayah.