Tentang “Kerja Kreatif” dan Cara Mewujudkannya pada Tim Anda

Kerja kreatif adalah pekerjaan yang never ending. Dimulai dari ide kreatif yang didasari dengan pemahaman semiotik dan dituangkan dalam bentuk teknis seperti grafis sekaligus copy-nya; hingga distribusi dan konversinya. Meski sudah dirumuskan, langkah-langkah tadi tidak ada yang pasti, kecuali satu yang pasti, yakni kerja tim.

Kerja tim umumnya mutlak diperlukan di pekerjaan-pekerjaan yang bersifat kreatif-analitis. Seorang pemimpin bukan hanya berkewajiban mengomunikasikan soal seni dan keindahan wujud karyanya belaka, tetapi bagaimana pesan yang dirancang bisa masuk ke dalam top of mind audience.

Satu yang membunuh kerja-kerja kreatif ini adalah egoisme. Ketika seorang pemimpin memaksakan kehendak tanpa didasari fakta dan pemikiran yang matang, maka wujud kerja kreatif itu tidak akan sempurna. Setidaknya, pesannya tidak akan tersampaikan. Apalagi jika diperparah dengan bawahan yang tidak punya landasan teknis soal “menjadi kreatif”.

Apakah kerja kreatif terbatas hanya pada sektor “kreatif”? Tentu tidak. Semua sektor, setidaknya di bagian PR/Humas/Marcomm merupakan bentuk kerja kreatif yang seringkali dipandang sebagai pekerjaan rutinitas-prosedural.

Mewujudkan Kerja Kreatif

Lantas bagaimana mewujudkan nuansa kreatif di lembaga “non kreatif”? Boleh dengan pendekatan top-down atau bottom-up, namun berdasarkan pengalaman saya, yang terefektif adalah top-down. Kuncinya di pemimpin. Membiasakan diri bersikap kritis, suka belajar, dan selalu mengesampingkan ego adalah step pertama yang harus dilakukan seorang pemimpin untuk menjadikan tim pimpinannya berekosistem kreatif-analitis.

Langkah kedua, ialah menata mindset, bahwa apa yang saya kerjakan ini tidak untuk bagian saya, tapi untuk nama baik dan nama besar keseluruhan institusi saya. Seperti dulu saat saya mengelola medsos kampus almamater tercinta, yang saya tanamkan ke tim ialah medsos ini bukan hanya punya humas, tapi punya seluruh civitas. Sehingga semua berhak mengisi dan belajar bersama.

Terakhir, manajemen isu. Untuk memanajemen isu, seorang pemimpin harus memahami komunikasi krisis, strategi dan rencana komunikasi, branding dan reputasi, media, digital kreatif, opini publik, hingga community relations. Apa yang sekarang lagi happening? Apa yang diinginkan warga institusi? Mendinamiskan diri = gerbang kesuksesan tim Anda.

Selamat mencoba! 😊

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *